Rabu, 23 November 2011

Renungan Harian : Memang Berat Tetapi Jangan Takut!

Dan 5:1-6, 13-14, 16-17, 23-28; Luk 21:12-19

Pilihan menjadi murid Yesus membawa resiko dalam hidup sehari-hari. Seorang Misionaris ada yang pernah dipukul dan dianiaya setiap kali memberitakan atau menyebarkan ajaran Tuhan.
Yesus memang tidak pernah menjanjikan situasi hidup yang enak. Ada 2 kelompok orang yang bisa mendatangkan kesulitan bagi murid-murid Yesus.
Pertama, Tantangan dari pihak luar. Murid Yesus tidak hidup sendiri melainkan bersama orang-orang lain. Tidak semua orang mengerti dan menerima kehadiran kita, dicurigai, diperlakukan tidak adil dengan berbagai cara.
Kedua, kesulitan itu tidak hanya dari pihak luar. Kesulitan itu pun bisa diakibatkan oleh orang-orang terdekat : orang tua, saudara dan kaum keluarga. Contohnya seorang anak yang ingin menjadi Katholik, bisa jadi dibenci oleh orang tua dan keluarga.
Menjadi murid Yesus memang banyak tantangannya. secara manusiawi tentu kita takut dan putus asa. Namun dalam terang iman, kita harus yakin bahwa Yesus beserta kita, Yesus adalah andalan kita. Yesus tidak akan meninggalkan kita di tengah kesulitan.
Yesus memang tidak pernah menjanjikan hidup tenang tanpa tantangan, tapi Yesus menjamin kita akan tetap tenang menghadapi tantangan.
"Jangan takut, Aku menyertaimu senantiasa sampai akhir jaman." Amin.

Selasa, 22 November 2011

Renungan Harian : Hati-Hati! Jangan Sampai Tertipu !

Pw St. Sesilia, Prw Mrt
Dan 2:31-45; Luk 21:5-11

Di beberapa negara, banyak yang mengaku bahwa dirinya adalah "mesias". Namun mereka melakukan ajaran-ajaran yang rasanya diluar nalar kita. Tapi anehnya tidak sedikit juga yang mengikuti ajaran tersebut. 
Penyesatan-penyesatan itu sudah terjadi sejak zaman Yesus dan dalam bentuk yang beraneka macam. Yesus berpesan : "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata ; Akulah Dia, dan ; Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka."
Yesus mau kita berhati-hati :
Pertama, Yesus meminta kita untuk berhati-hati terhadap orang-orang yang mengakui dirina "mesias" atau memakai nama Yesus untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Kedua, Yesus mengingatkan kita agar berhati-hati karena tidak seorang pun yang tahu saat datangnya akhir zaman itu. 
Yesus sendiri pun tidak tahu kapan datangnya akhir zaman. Jika Yesus sendiri pun tidak tahu, mengapa kita percaya akan ramalan-ramalan akhir zaman? Mengapa kita takut terhadap ramalan bahwa akhir zaman akan datang pada tahun 2012?
Tugas kita hanyalah mengerjakan pekerjaan yang dipercayakan Tuhan dengan setia, baik, dan benar. Itulah sikap berjaga-jaga murid Tuhan. Amin.

Senin, 21 November 2011

Renungan Harian : Persembahan atau Kolekte, Apa Maknanya?

Pw. St. Maria Dipersembahkan kepada Allah
Dan 1:1-6, 8-20; Luk 21:1-4

Setiap kali ada perayaan misa, hampir selalu ada saat kita diberi kesempatan untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, dalam bentuk praktis adalah berupa kolekte. Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus mau menyampaikan kepada kita sehubungan dengan makna atau arti persembahan atau kolekte.
Yesus memperhatikan dua hal, yaitu
1. jumlah kolekte yang kelihatan
2. isi hati si pemberi kolekte
Walaupun Yesus memperhatikan dua hal itu, namun yang menjadi perhatian utama Yesus bukan jumlah uang yang diberikan, melainkan isi hati batin orang yang memberikan kolekte itu.
Tuhan melihat "jumlah" keterlibatan hati dan hidup di dalam kolekte yang dipersembahkan. Di dalam kolekte, kita harus secara total mengembalikan segala yang kita peroleh di dalam hidup kepada Tuhan. Segala yang kita peroleh bersumber dari Tuhan, maka sebagai ungkapan rasa syukurnya dipersembahkan semua kembali kepada Tuhan.
Dengan contoh janda miskin ini Yesus mau mengajarkan kepada kita bahwa pertama-tama bukan kuantitas atau jumlah kolekte yang kita persembahkan yang terpenting bagi Tuhan. Tuhan melihat kesadaran batin yang mendalam bahwa semua yang kita peroleh dalam hidup dan usaha adalah berkat Tuhan, karena itu layak kita ungkapkan rasa syukur dengan memberikan persembahan itu kepada Tuhan.
Bagaimana dengan kolekte yang kita berikan? Apakah sekedar sisa yang tidak berarti untuk hidup dan kebutuhan kita atau sungguh-sungguh ungkapan syukur dan terima kasih karena manyadari bahwa semua yang kita peroleh dan capai dalam hidup adalah berkat dari Tuhan ? Amin.

Kamis, 10 November 2011

Renungan Harian : Berjaga-jaga Menantikan Kerajaan Allah

Pw Leo Agung, Paus, dan Pujangga Gereja
Keb 7:22-8:1; Luk 17:20-25

Dalam banyak kesempatan, kita sering diingatkan bahwa hidup di dunia ini merupakan ziarah yang bersifat sementara. Karena hidup di dunia ini bersifat sementara maka tujuan hidup tidak berakhir di dunia. Bagi orang beriman tujuan utama hidup adalah berada bersama Allah atau hidup dalam Kerajaan Surga.
Sejak awal pewartaan-Nya Tuhan Yesus senantiasa mengingatkan manusia tentang Kerajaan Allah; bahkan poko utama pewartaan Tuhan Yesus adalah Kerajaan Allah. Syarat penting untuk menerima Kerajaan Allah adalah hidup suci (hidup tanpa dosa). Karena itu manusia harus bertobat dari dosa-dosa. Kerajaan Allah tidak akan dialami oleh orang-orang yang hidup dalam dosa. Tuhan Yesus juga menuntut agar memilih Kerajaan Allah sebagai pilihan utama dalam hidup.
Dalam Injil hari ini, Yesus juga mau menjelaskan bahwa Dia sendirilah tanda nyata kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini. Maka mendengarkan Dia dan hidup berdasarkan ajaran-Nya merupakan jaminan bagi manusia untuk memperoleh Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah akan mengalami kepenuhannya ketika Yesus datang untuk kedua kalinya. Kapan hal itu terjadi tidak ada yang tahu. Dalam banyak kiasan Yesus mengingatkan manusia bahwa Kerajaan Allah akan datang secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka. Karena itu kita manusia dinasehatkan untuk senantiasa berjaga-jaga. Bentuk konkrit dan berjaga-jaga adalah hidup benar dan baik sebagai umat beriman sebagaimana yang Tuhan sendiri ajarkan. Amin

Rabu, 09 November 2011

Renungan Harian : Cinta Akan Rumah-Mu Menghanguskan Aku

Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran
Yeh 47:1-2, 8-9, 12; Yoh 2:13-22

Dalam Injil hari ini diperlihatkan reksi Yesus yang tidak tahan lagi melihat sikap banyak orang Yahudi yang tidak memfungsikan Bait Suci sebagaimana sepantasnya. Yesus sangat marah karena mereka telah mencemari kekudusan Bait Suci dengan barang-barang duniawi. Yesus membuat cemeti dari tali dan mengusir mereka dari Bait Suci itu, lembu dan domba dihalau-Nya. Uang para penukar dihamburkan-Nya dan meja mereka ditumbangkan-Nya. Yesus berkata kepada mereka yang menjual burung merpati "ambillah semuanya dan pergilah. Janganlah menjadikan rumah Bapa-Ku tempat berjualan." Tindakan Yesus ini mengingatkan para murid-Nya akan sabda yang pernah Ia katakan, "Cinta akan rumah-Mu mengobarkan hati-Ku".
Tindakan Yesus ini mengundang reaksi dari orang-orang Yahudi. Mereka menantang Yesus dengan berkata "tanda apakah yang Kau tunjukkan kepada kami bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Yesus menjawab "rombaklah Bait Suci ini, maka dalam tiga hari  akan Kudirikan kembali". Jawaban itu tidak meyakinkan, maka orang itu menjawab bahwa bait suci ini dibangun dalam waktu empat puluh enam tahun lamanya, mereka tidak percaya Yesus akan membangunnya kembali dalam waktu tiga hari. Mereka tidak menyadari bahwa yang dimaksud bait suci adalah Yesus sendiri.
Tindakan Yesus hendaknya menyadarkan kita untuk selalu menjaga kesakralan dan kesucian gereja sebagai tempat dimana kita berkumpul untuk memuji dan memuliakan Tuhan lewat doa dan perayaan-perayaan sakramen. Kekudusan dan kesakralan itu disempurnakan oleh kehadiran Sakramen Mahakudus yang ditahtakan dalam tabernakel. 
Saat merayakan Ekaristi seluruh keberadaan kita (sikap, pikiran, perbuatan serta hati) harus tertuju hanya kepada Tuhan. Busana kita pun harusnya yang pantas bagi Tuhan bukan seenaknya saja. Sikap-sikap lahiriah itu hendaknya mendukung kita untuk berpesta bersama Tuhan.
Maka, marilah kita menempatkan diri secara benar di hadapan Tuhan, serta menjaga rumah kudus-Nya supaya menjadi tempat bagi kita untuk memuji dan memuliakan nama-Nya Semoga cinta akan rumah Tuhan menghanguskan kita. Amin.

Selasa, 08 November 2011

Pengetahuan : Basilika


Dalam Bahasa Latinbasilika (berasal dari Bahasa YunaniBasiliké Stoà, yang berarti Stoa Kerajaan), pada mulanya digunakan untuk menggambarkan sebuah bangunan publik Romawi (seperti juga di Yunani, umumnya sebuah tempat pertemuan), biasanya terletak di pusat sebuah kota Romawi (forum). Di kota-kota Yunani kuno, basilika umum mulai muncul pada abad ke-2 sebelum masehi.
Setelah Kekaisaran Romawi resmi menjadi negara Kristiani, kata tersebut berkembang untuk merujuk pada sebuah gereja yang besar dan penting yang telah diberikan ritus upacara khusus oleh SriPaus. Oleh karena itu, basilika hari ini memiliki dua pengertian: satu dari segi arsitektur dan satu lagi dari segi kegerejaan
Dalam kelas basilika utama, hanya empat gereja Katolik Roma yang termasuk di dalamnya. Salah satu perbedaan utama mereka dari gereja-gereja lainnya adalah masing-masing bangunan ini memiliki sebuah "Gerbang Suci". Melewati gerbang-gerbang suci ini adalah salah satu syarat dalam perayaan Tahun Yubileum Gereja Katolik RomaPaus Benediktus XVI mengganti gelar mereka dari Basilika Pelindung (patriarchal) menjadi Basilika Sri Paus (papal).
Basilika-basilika utama ini membentuk sebuah kelas sendiri yang lebih tinggi statusnya daripada semua gereja-gereja lain sebelumnya, bahkan gereja-gereja Sri Paus lainnya. Namun, basilika-basilika lainnya yang seringkali disebut sebagai "basilika kecil" tidak membentuk sebuah kelas tersendiri. Mereka masuk ke kelas-kelas yang berbeda, dimana kebanyakan dari kelas-kelas ini juga meliputi bangunan-bangunan non-basilika yang sama tingkat statusnya. Misalnya, dalam tiap keuskupan, Katedral Uskup diutamakan terlebih dahulu sebelum basilika-basilika lainnya. Karenanya, setelah basilika-basilika utama disusul oleh katedral utama, katedral wilayah, katedral keuskupan, gereja-gereja biasa dan seterusnya.

<a href="http://indonesia-blogger.com"><img src="http://www.indonesia-blogger.com/img/indonesia-blogger.jpg" border="1"/></a>

Renungan Harian : Setia Dalam Tugas

Keb 2:23-3:9; Luk 17:7-10

Setiap orang memiliki kecenderungan merasa diri penting dan berjasa, apalagi jika pernah melakukan suatu karya besar bagi keluarga, masyarakat, dan Gereja. Sabda Tuhan hari ini lewat perumpamaan memberi sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi setiap orang apa pun statusnya.
Para hamba dalam perumpaman ini merasa tidak melakukan suatu karya yang istimewa. Mereka bekerja tanpa mengeluh dan tanpa menuntut imbalan apapun, apalagi minta dihormati. Walaupun kerap kali mereka tidak dihargai dan dihormati, mereka tetap setia melaksanakan tugasnya melayani kebutuhan sang majikan.
Berbeda dengan para hamba tadi, kebanyakan orang dewasa ini cenderung minta dihargai dan dihormati, apalagi jika punya andil dan jasa dalam urusan bersama. Itu artinya pelayanan yang kita berikan itu tidak tulus. Jika demikian kita menipu Tuhan dengan "topeng" pelayanan karena yang kita cari adalah kehormatan diri kita sendiri.
Sabda Allah hari ini mengingatkan kita bahwa setiap tugas, karya atau pelayanan kepada sesama yang kita lakukan bukan untuk mendapatkan kehormatan pribadi atau supaya dipuji melainkan hanya untuk memuliakan Allah. Oleh karena itu, perlu sikap rendah hati dalam kehidupan ini. 
Mari kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan sesama sebagai ungkapan rasa syukur kita. Amin

Senin, 07 November 2011

Renungan Harian : Berani Menegur dan Mengampuni

Keb 1:1-7; Luk 17:1-6

Di dalam kehidupan ini, sering kita melihat bahwa ada orang yang berani menegur jika orang lain bersalah. Ada yang mau menegur tetapi kemauan itu ditelan oleh rasa takut. Ada yang sangat berani menegur kesalahan orang lain, tetapi ia mendapat cercaan dan teror dari orang yang melakukan kesalahan.
Yesus menasehati kita supaya kita bertanggung jawabb terhadap kehidupan dan keselamatan jiwa sesama kita. Kata Yesus : "Jika saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dan jikalau ia menyesal,ampunilah dia." Menghadapi semua orang yang melakukan kejahatan, Yesus mengajarkan juga pengampunan. Tetapi apakah kita harus menunggu orang yang bersalah itu datang barulah kita mengampuni?
Apakah kita bisa mengampuni sebelum orang itu minta maaf? 
Apakah kita suka mengampuni? 
Sampai berapa kalikah saya mengampuni? 
Apakah kita berani menegur, menasehati orang yang bersalah? Amin.

Minggu, 06 November 2011

Renungan Harian : Mencari Kebijaksanaan Tertinggi

Keb 6:12-16; Tes 4:13-18; Mat 25:1-13

Di zaman dahulu, banyak orang mencari ilmu, kebijaksanaan dengan cara bertapa, meditasi di hutan, padang belantara atau di dalam gua-gua. Mereka menyendiri, merenung supaya memperoleh pencerahan atau pengetahuan. Biasanya pencarian itu disertai puasa dan matiraga. Ada yang lain pergi ke negeri yang jauh. Mereka meninggalkan keluarga dan kampung halaman untuk mencari dan mendapatkan "ilmu". Mereka berguru pada guru yang terkenal dan berharap pada akhir pembelajaran merekan akan menjadi pandai dan terampil.
Di zaman sekarang, banyak orang belajar hanya untuk mendapatkan gelar. Entah gelar itu diperoleh dengan susah payah atau dengan jalan pintas. Yang penting ada gelar. Tetapi apakah semua orang belajar, mencari ilmu adalah orang bijaksana? Apakah pengetahuan atau ilmu sungguh mengantar orang pada kebenaran atau kebijaksanaan sejati? Atau justru sebaliknya menjadi orang terpelajar yang bodoh, apakah itu kebijaksanaan sejati?
Orang berpikir bahwa kebijaksanaan atau kebenaran adalah sesuatu yang tersembunyi, yang harus dicari dengan susah payah. Kebijaksanaan selalu dibayangkan sebagai sebuah misteri yang tak terhampiri. Firman Tuhan mengatakan, kebijaksanaan itu selalu menyatakn dirinya, "Kebijaksanaan bercahaya dan tidak pernah pudar, ia rela membiarkan dirinya dilihat oleh orang yang mencintainya dan dikenal oleh mereka yang mencarinya" (Keb 6:12). Kebijaksanaan akan memperlihatkan dirinya. Kebijaksanaan tidak menunggu untuk dicari dan ditemukan. "Ia bergegas menemui mereka yang merindukannya" (Keb 6:13). "Ia pergi mencari mereka yang pantas baginya, dengan anggun menjumpai mereka di jalan." (Keb 6:16).
Allah adalah sumber kebijaksanaan. Dialah kebijaksanaan tertinggi. Allah itu tidak kelihatan, tetapi Ia mau memperlihatkan diri-Nya melalui para nabi dan para utusan-Nya. Lebih lagi Ia mengutus Anak-Nya sendiri sebagai terang dalam gelap. Dia datang ke dunia untuk mencari yang hilang dan menemukan semua yang berada dalam kegelapan. Amin.

Renungan Harian : Dipanggil Menjadi Orang Kudus

Selamat datang di bulan November!

Kita selalu mengawali bulan November dengan dua perayaan penting, yaitu HARI  RAYA SEMUA ORANG KUDUS dan PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN. Sepentas memang kedua perayaan tidak berhubungan, namun sesungguhnya hubungan kedua perayaan ini amat dekat. Keduanya bersumber pada iman yang sama bahwa semua manusia dipanggil kepada kekudusan Allah.
Pertama, kita meyakini bahwa banyak orang beriman yang karena peri hidupnya, sifat dan tingkah lakunya yang baik, yang luhur dan berkenan kepada Tuhan layak disebut orang-orang kudus. Namun mereka ini tidak tercatat dan disahkan dengan penggelaran khusus (beatifikasi dan kanonisasi) seperti para santo dan santa. Dengan ini sebenarnya gereja merayakan dan mensyukuri kasih Tuhan yang memanggil mereka untuk menjadi panutan bagi manusia lain. Karena itu dalam iman kita yakini mereka kini menikmati kehidupan abadi bersama Bapa Surgawi.
Kedua, menyangkut perayaan peringatan arwah semua orang beriman. Karena iman bahwa semua orang dipanggil kepada kekudusan untuk hidup dalam kemuliaan Allah Bapa di surga, maka gereja merasa berkewajiban untuk mendoakan sesama, orang-orang lain, entah keluarga dan kenalan, ataupun siapa saja supaya mendapatkan kerahiman dan pengampunan dari Allah Bapa, sehingga mereka pun boleh menikmati kebahagiaan para kudus di surga. Karena itu secara bersama-sama pada tanggal 2 November semua orang Katholik diminta untuk berdoa secara khusus bagi para arwah beriman; kita juga tahu bahwa anggota keluarga tertentu pada hari-hari peringatan kematian mereka selalu didoakan.

Minggu, 30 Oktober 2011

Berbahagia Bila Membahagiakan Orang Lain

Rm 11:29-36; Luk 14:12-14

Sebagai manusia, kalau kita mengadakan pesta ulang tahun kelahiran, perkawinan ataupun pesta-pesta lainnya, yang kita undang dan harapkan datang, tentulah orang-orang dari keluarga kita. Kita tidak mungkin mengundang orang yang tidak kita kenal, mereka akan merasa heran, kikuk dan bertanya mengapa kami diundang. Yesus hari ini menegur kita : kalau kalian mengadakan suatu pesta janganlah mengundang sahabat-sahabatmu atau saudaramu atau kenalanmu yang kaya, karena mereka pasti akan membalasnya dengan mengundang kamu kembali.
Kalau kamu mengadakan pesta jamuan undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan buta. Secara manusiawi mungkinkah? Rasanya tidak mungkin. Baik secara finansial dan suasana pesta akan hilang maknanya. Namun mengapa Yesus menyarankan seperti itu? Dan Yesus berkata lagi :  Engkau akan berbahagia karena mereka tak punya apa-apa untuk membalasnya. Suatu pernyataan yang aneh dan mengherankan. Namun pasti ada suatu pesan yang mendalam yang ingin Yesus ajarkan kepada kita yakni : kasih pada sesama seperti yang dilakukan Yesus. Kasih yang tulus yang tidak memandang siapa yang harus kita undang.
Inilah pesan Yesus dibalik teguran dan pernyataan-Nya yang tidak sesuai dengan pikiran kita manusia duniawi. Yesus sendiri yang dapat membantu kita untuk belajar mencintai sepertia Dia mencintai kita dengan kasih yang tanpa perhitungan. Hidup sesuai dengan firman Tuhan mewajibkan kita untuk melaksanakan secara konkrit.
Berdoa merupakan waktu yang tenang dimana akhirnya kita bisa dengan tenang menjawab panggilan Tuhan. Berdoa juga merupakan ungkapan syukut mencintai seperti Tuhan mencintai kita. Firman Tuhan bila hanya kita simpan dalam hati dan tidak kita wujudkan dalam hidup seperti padi dalam lumbung. Dia akan tetap padi selamanya bahkan lebih parah dia bisa habis dimakan tikus. Namun bila padi itu dikeluarkan dan tanam, dia akan tumbuh berbuah dan berbuah banyak. Demikianlah halnya dengan firman Tuhan, Tuhan tidak hanya kita simpan melainkan kita hidupkan dan wujud nyatakan dalam pelayanan kita terhadap sesama. Dia akan tumbuh dan berkembang dan menghasilakan sukacita. Amin.

Pemimpin Sejati Nampak Dalam Karya Pelayanannya

Hari Minggu Biasa XXXI
Mal 1:14b-2:2b, 8-10 ; 1 Tes 2:7b-9,13; Mat 23:1-12

Pertentangan yang terjadi antara Yesus dan orang-orang Farisi, terutama ahli-ahli kitab yang memuncak pada penahanan, penangkapan, dan penyaliban Tuhan Yesus, karena sudut pandang yang berbeda. Orang Farisi hidup dengan ketaatan buta pada peraturan-peraturan Kitab Suci namun mereka sendiri tidak melakukannya terhadap orang kecil. Sedangkan Tuhan Yesus menghormati peraturan dan Dia sangat peka terhadap orang-orang kecil dengan memperhatikan dan melayani mereka. Kadang kita terkejut bila mendengar dan menyaksikan orang-orang yang kelihatannya baik, terhormat baik itu di lingkungan masyarakat maupun gereja ternyata mempunyai kehidupan ganda. Bagus ucapannya namun dalam pelaksanaan hidup mereka terlalu jauh dari keindahan kata yang diucapkannya. Tidak ada kesamaan kata dan perbuatan. Itulah kaum Farisi di zaman modern ini.
Orang-orang Farisi menambah beban hidup orang miskin. Namun mereka sendiri tidak melaksanakan apa yang seharusnya mereka lakukan. Apa yang mereka lakukan hanyalah untuk menarik simpati dan dikagumi oleh masyarakat. Yesus menghukum pemimpin agama ini yang seharusnya mereka melayani tetapi mereka memberi beban yang berat kepada orang-orang lain. Yesus berkata : "yang paling besar di antara kalian hendaklah ia melayani. Yang meninggikan dirinya akan direndahkan dan yang merendahkan dirinya akan ditinggikan. Janganlah engkau menyebut Rabbi, kalian hanya mempunyai seorang guru dan kalian adalah saudara-saudari."
Allahlah yang menjadi sumber kebenaran. Kebebasan seorang pemimpin bukan untuk menempati jabatan, kemuliaan namun kesiapsediaan untu melayani yang lainnya. Menjadi pemimpin Kristiani adalah menjadi pelayan. Servus servorum (pelayan dari segala pelayan), ungkapan yang selalu dikenakan pada pemimpin gereja tertinggi. Teladan hidup itulah yang terpenting dalam kepemimpinan kristiani dan itulah yang menjamin keselamatan. Dengan kata lain kebesaran seseorang pemimpin terletak pada pelayanan yang mereka lakukan, terutama melayani orang lain.
Kecaman dan kritikan Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli kitab itu dasarnya karena mereka menipu dan berlagak suci. Mereka memamerkan kesalehan mereka di tempat umum supaya dipuji dan dihormati namun mereka tidak melayani sesuai dengan kedudukan mereka yang tinggi. Hanya orang yang bersedia menjadi abdi bagi yang lainnya dialah yang pantas disebut pemimpin yang terberkati. Kita sebagi pengikut Yesus, Kristuslah teladan dan panutan kita. Sejauh kita mengikuti Yesus yang merendahkan diri menjadi hamba bagi yang lainnya itulah pengikut Yesus yang benar. Jadilah pengikut-pengikut Kristus yang sungguh-sungguh melayani dimanapun kita berada. Karena dengan demikian kita menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Amin..

Sabtu, 29 Oktober 2011

Gila Hormat

Rm 11:1-2a, 11-12, 25-29; Luk 14:1,7-14

Semua orang senang mendapati dirinya dihormati dan dihargai. Ini hal yang wajar. Namun ada yang tidak wajar, tetapi orang berlomba untuk melakukannya, yaitu mencari-cari kesempatan untuk dihormati. Itulah sikap gila hormat. Sikap manusia inilah yang dilawan oleh Yesus.
Yesus mengkritik dengan keras kecenderungan orang mencari-cari momen untuk dihormati atau mencari-cari posisi sebagai orang penting dan terpandang, sehingga layak untuk mendapatkan perhatian dan hormat. Sikap yang tidak bijak seperti ini bisa mendatangkan penghinaan. Dengan perumpamaan Yesus menjelaskan soal tersebut. Pesannya supaya kita hati-hati dan tidak mencari-cari kehormatan. Penghargaan dan rasa hormat itu akan datang dengan sendirinya dan punya nilai lebih ketika justru kita merendahkan diri. Karena itu pesan Yesus jelas: "barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."
Di tengah masyarakat yang cenderung mencari posisi dan menganggap diri penting dan terhormat dengan pamer citra atau tebar pesona, tendensi gila hormat itu amat biasa dan sering tanpa sadar dilakukan. Kita sebagai pengikut Kristus diingatkan oleh Yesus untuk hati-hati dengan sikap seperti itu. Kualitas dan harga diri kita, tidak ditentukan oleh citra, atau pesona yang terkesan kita ciptakan sendiri. Perhatian, penghargaan dan rasa hormat itu harus datang dari orang lain, karena kualitas pribadi kita, karena integritas dan moralitas yang unggul yang kita hayati dalam hidup sehari-hari; dan bukan sekedar tampilan lahiriah yang sering dibuat-buat;bukan juga sekedar tebar pesona atau jaga citra.
Perintah Yesus amat jelas: barangsiapa meninggikan dirinya akan direndahkan, tetapi barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan. PILIHAN ADA PADA KITA! DAN PILIHAN KITA ITULAH YANG MENUNJUKKAN APAKAH KITA PENGIKUT YESUS ATAU BUKAN..Amin..

Jumat, 28 Oktober 2011

Simon dan Yudas, Siapa Mereka?

Ef 2:19-22 ; Luk 6:12-19
Pesta S.Simon dan Yudas, Rasul

Hari ini kita melihat hidup dan panggilan para rasul Yesus, teristimewa Simon dan Yudas. Mereka adalah dua bersaudara dari dua belas murid yang dipilih secara khusus menjadi rasul Yesus. Kita tentu ingin tahu apa keistimewaan mereka, sampai Yesus menjatuhkan pilihan-Nya atas mereka. Ternyata kita tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut; tambahan pula di dalam kisah Injil hari ini, bukan kriteria dan kekhususan para murid yang menjadi berita gembira bagi kita, tetapi misteri kasih Allah yang nyata di dalam diri Yesus dan tindakan-Nya memilih 12 rasul.
Injil mengisahkan apa yang dibuat Yesus sebelum menentukan pilihan-Nya kepada para murid itu. Mungkin Yesus duduk tenang lalu melihat dan menimbang-nimbang kemampuan, kapasitas, kepribadian, dan integritas beberapa orang yang akan dipilih-Nya; atau memanggil mereka satu persatu dan mulai mengadakan tes. Ternyata bukan itu yang Yesus lakukan. Yesus juga tidak pergi berkonsultasi dengan mungkin orang-orang yang mengenal para murid itu. Lalu apa yang Yesus buat?Ternyata Ia pergi berkonsultasi dan mendengarkan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa-Nya. Yesus pergi menyepi ke gunung dan berdoa semalam-malaman kepada Allah. Bua dari "konsultasi-Nya" dengan Allah Bapa itu nyata dalam cara Allah bertindak: Dia memilih orang-orang yang biasa dan apa adanya. Tidak ada kemampuan intelektual, penampilan dan kepribadian yang menonjol atau istimewa dari keduabelas rasul itu, apa lagi Simon dan Yudas ini. Mereka bukan para profesional, mereka juga bukan orang kaya dan punya kedudukan tertentu dalam masyarakat, tidak ada pendidikan khusus dan keistimewaan-keistimewaan lain dalam masyarakat.
Itulah cara Yesus, cara Allah memilih orang-orang yang diinginkan-Nya untuk mengemban tugas-tugas khusus. Allah memilih orang-orang biasa.
Setiap kita pasti juga dipanggil dan dipilih Allah untuk tugas-tugas khusus. Sikap hati yang paling tepat adalah selalu datang dan "berkonsultasi" dengan Tuhan tentang apa yang harus kita perbuat untuk memenuhi tugas dan panggilan kita. Seperti Yesus sendiri, amat penting sebelum memilih sesuatu atau membuat sebuah keputusan sekecil apapun, sebaiknya meluangkan lebih banyak waktu untuk datang dan "berkonsultasi" dengan Tuhan. Dia pasti menunjukkan apa yang terbaik untuk kita.

Kamis, 27 Oktober 2011

Yerusalem dan Kematian Para Nabi

Rm 8:31b-39 ; Luk 13:31-35

Agak aneh mendengarkan kisah Injil Lukas hari ini : Yesus sepertinya menangisi atau setidak-tidaknya mengeluh dengan penuh kesedihan bahkan penyesalan atas Yerusalem. "Yerusalem...berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau..." Mengapa Yesus mengungkapkan keluhan sedih semacam ini?
Yesus tentu saja mengharapkan Yerusalem sebagai pusat seluruh dunia Israel dari berbagai segi dan arti, juga dalam iman, seharusnya tanggap secara benar dan positif tentang nubuat-nubuat dan pewartaan keselamatan. Namun sikap Yerusalem dan orang-orangnya sepertinya cuek dan tidak jelas;bahkan sikap negatiflah yang ditunjukkan selama ini. Ternyata terlalu banyak sudah penolakan bahkan pembangkangan orang-orang Yerusalem terhadap warta gembira, nubuat-nubuat keselamatan. Mereka bahkan membinasakan orang-orang yang telah dipilih dan diutus Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada Israel. Para utusan itu adalah para nabi; dan mereka ini dibunuh di Yerusalem. Yesus menjadi sedih juga karena penolakan Yerusalem ini juga akan berpuncak pada Diri-Nya.
Namun penolakan dan pembangkangan Yerusalem tidak memadamkan kobaran api cinta kasih Allah Bapa, yang tetap ingin menyelamatkan Yerusalem.
Pesan untuk kita :
Tuhan tidak pernah mengurungkan karya cinta kasih-Nya oleh tanggapan negatif atau penolakan manusia. Allah itu kasih hakekat-Nya, maka tidak pernah terbatalkan janji kasih dan keselamatan untuk manusia. Selalu ada kesempatan dan tawaran keselamatan bagi kita. Karena itu jangan sia-siakan kesempatan berrahmat yang Tuhan tawarkan..Amin.

Rabu, 26 Oktober 2011

Untuk Masuk Surga Perlu Perjuangan

Rabu, 26 Oktober 2011
Rm 8:26-30 ; Luk 13:22-30

"Surga tidak gratis, saudara!" demikian ungkapan seorang penasihat rohani kepada seseorang yang datang kepadanya dan mengeluh bahwa gereja mengajarkan begitu banyak perintah dan aturan bagi anggota-anggotanya. Orang itu merasa keberatan karena sepertinya Tuhan menjejali hidupnya dengan beban-beban, padahal dia mau bebas. Apakah memang Tuhan dan Gereja mengadakan berbagai ajaran dan peraturan untuk membebani kita?
Yesus dalam Injil hari ini memberi nasihat: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu!" Itulah pintu yang menuju surga. Pintu itu sempit bukan karena memang sempit, tetapi karena begitu banyak orang, bahkan semua orang berlomba-lomba untuk masuk.Karena itu dengan sendirinya diperlukan perjuangan dan usaha. Artinya kerja keras harus terjadi. Dengan ini jelas bahwa memang "Surga tidak gratis"; artinya kita harus berusaha, berjuang untuk mendapatkannya dan masuk ke dalamnya. Bagi mereka yang malas-malasan, mau bebas dan santai pasti tidak mendapatkannya.
Mari kita berjuang dan berlomba mendengarkan dan menjalankan tuntunan Tuhan sehingga kita mampu melewati "pintu yang sempit" itu dan boleh menikmati sukacita di surga. Dan kalau kita berusaha Tuhan pasti mendampingi dan menolong, karena memang Dia rindu kita semua masuk ke dalam kebahagiaan-Nya. Amin..