Minggu, 30 Oktober 2011

Berbahagia Bila Membahagiakan Orang Lain

Rm 11:29-36; Luk 14:12-14

Sebagai manusia, kalau kita mengadakan pesta ulang tahun kelahiran, perkawinan ataupun pesta-pesta lainnya, yang kita undang dan harapkan datang, tentulah orang-orang dari keluarga kita. Kita tidak mungkin mengundang orang yang tidak kita kenal, mereka akan merasa heran, kikuk dan bertanya mengapa kami diundang. Yesus hari ini menegur kita : kalau kalian mengadakan suatu pesta janganlah mengundang sahabat-sahabatmu atau saudaramu atau kenalanmu yang kaya, karena mereka pasti akan membalasnya dengan mengundang kamu kembali.
Kalau kamu mengadakan pesta jamuan undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan buta. Secara manusiawi mungkinkah? Rasanya tidak mungkin. Baik secara finansial dan suasana pesta akan hilang maknanya. Namun mengapa Yesus menyarankan seperti itu? Dan Yesus berkata lagi :  Engkau akan berbahagia karena mereka tak punya apa-apa untuk membalasnya. Suatu pernyataan yang aneh dan mengherankan. Namun pasti ada suatu pesan yang mendalam yang ingin Yesus ajarkan kepada kita yakni : kasih pada sesama seperti yang dilakukan Yesus. Kasih yang tulus yang tidak memandang siapa yang harus kita undang.
Inilah pesan Yesus dibalik teguran dan pernyataan-Nya yang tidak sesuai dengan pikiran kita manusia duniawi. Yesus sendiri yang dapat membantu kita untuk belajar mencintai sepertia Dia mencintai kita dengan kasih yang tanpa perhitungan. Hidup sesuai dengan firman Tuhan mewajibkan kita untuk melaksanakan secara konkrit.
Berdoa merupakan waktu yang tenang dimana akhirnya kita bisa dengan tenang menjawab panggilan Tuhan. Berdoa juga merupakan ungkapan syukut mencintai seperti Tuhan mencintai kita. Firman Tuhan bila hanya kita simpan dalam hati dan tidak kita wujudkan dalam hidup seperti padi dalam lumbung. Dia akan tetap padi selamanya bahkan lebih parah dia bisa habis dimakan tikus. Namun bila padi itu dikeluarkan dan tanam, dia akan tumbuh berbuah dan berbuah banyak. Demikianlah halnya dengan firman Tuhan, Tuhan tidak hanya kita simpan melainkan kita hidupkan dan wujud nyatakan dalam pelayanan kita terhadap sesama. Dia akan tumbuh dan berkembang dan menghasilakan sukacita. Amin.

Pemimpin Sejati Nampak Dalam Karya Pelayanannya

Hari Minggu Biasa XXXI
Mal 1:14b-2:2b, 8-10 ; 1 Tes 2:7b-9,13; Mat 23:1-12

Pertentangan yang terjadi antara Yesus dan orang-orang Farisi, terutama ahli-ahli kitab yang memuncak pada penahanan, penangkapan, dan penyaliban Tuhan Yesus, karena sudut pandang yang berbeda. Orang Farisi hidup dengan ketaatan buta pada peraturan-peraturan Kitab Suci namun mereka sendiri tidak melakukannya terhadap orang kecil. Sedangkan Tuhan Yesus menghormati peraturan dan Dia sangat peka terhadap orang-orang kecil dengan memperhatikan dan melayani mereka. Kadang kita terkejut bila mendengar dan menyaksikan orang-orang yang kelihatannya baik, terhormat baik itu di lingkungan masyarakat maupun gereja ternyata mempunyai kehidupan ganda. Bagus ucapannya namun dalam pelaksanaan hidup mereka terlalu jauh dari keindahan kata yang diucapkannya. Tidak ada kesamaan kata dan perbuatan. Itulah kaum Farisi di zaman modern ini.
Orang-orang Farisi menambah beban hidup orang miskin. Namun mereka sendiri tidak melaksanakan apa yang seharusnya mereka lakukan. Apa yang mereka lakukan hanyalah untuk menarik simpati dan dikagumi oleh masyarakat. Yesus menghukum pemimpin agama ini yang seharusnya mereka melayani tetapi mereka memberi beban yang berat kepada orang-orang lain. Yesus berkata : "yang paling besar di antara kalian hendaklah ia melayani. Yang meninggikan dirinya akan direndahkan dan yang merendahkan dirinya akan ditinggikan. Janganlah engkau menyebut Rabbi, kalian hanya mempunyai seorang guru dan kalian adalah saudara-saudari."
Allahlah yang menjadi sumber kebenaran. Kebebasan seorang pemimpin bukan untuk menempati jabatan, kemuliaan namun kesiapsediaan untu melayani yang lainnya. Menjadi pemimpin Kristiani adalah menjadi pelayan. Servus servorum (pelayan dari segala pelayan), ungkapan yang selalu dikenakan pada pemimpin gereja tertinggi. Teladan hidup itulah yang terpenting dalam kepemimpinan kristiani dan itulah yang menjamin keselamatan. Dengan kata lain kebesaran seseorang pemimpin terletak pada pelayanan yang mereka lakukan, terutama melayani orang lain.
Kecaman dan kritikan Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli kitab itu dasarnya karena mereka menipu dan berlagak suci. Mereka memamerkan kesalehan mereka di tempat umum supaya dipuji dan dihormati namun mereka tidak melayani sesuai dengan kedudukan mereka yang tinggi. Hanya orang yang bersedia menjadi abdi bagi yang lainnya dialah yang pantas disebut pemimpin yang terberkati. Kita sebagi pengikut Yesus, Kristuslah teladan dan panutan kita. Sejauh kita mengikuti Yesus yang merendahkan diri menjadi hamba bagi yang lainnya itulah pengikut Yesus yang benar. Jadilah pengikut-pengikut Kristus yang sungguh-sungguh melayani dimanapun kita berada. Karena dengan demikian kita menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Amin..

Sabtu, 29 Oktober 2011

Gila Hormat

Rm 11:1-2a, 11-12, 25-29; Luk 14:1,7-14

Semua orang senang mendapati dirinya dihormati dan dihargai. Ini hal yang wajar. Namun ada yang tidak wajar, tetapi orang berlomba untuk melakukannya, yaitu mencari-cari kesempatan untuk dihormati. Itulah sikap gila hormat. Sikap manusia inilah yang dilawan oleh Yesus.
Yesus mengkritik dengan keras kecenderungan orang mencari-cari momen untuk dihormati atau mencari-cari posisi sebagai orang penting dan terpandang, sehingga layak untuk mendapatkan perhatian dan hormat. Sikap yang tidak bijak seperti ini bisa mendatangkan penghinaan. Dengan perumpamaan Yesus menjelaskan soal tersebut. Pesannya supaya kita hati-hati dan tidak mencari-cari kehormatan. Penghargaan dan rasa hormat itu akan datang dengan sendirinya dan punya nilai lebih ketika justru kita merendahkan diri. Karena itu pesan Yesus jelas: "barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan."
Di tengah masyarakat yang cenderung mencari posisi dan menganggap diri penting dan terhormat dengan pamer citra atau tebar pesona, tendensi gila hormat itu amat biasa dan sering tanpa sadar dilakukan. Kita sebagai pengikut Kristus diingatkan oleh Yesus untuk hati-hati dengan sikap seperti itu. Kualitas dan harga diri kita, tidak ditentukan oleh citra, atau pesona yang terkesan kita ciptakan sendiri. Perhatian, penghargaan dan rasa hormat itu harus datang dari orang lain, karena kualitas pribadi kita, karena integritas dan moralitas yang unggul yang kita hayati dalam hidup sehari-hari; dan bukan sekedar tampilan lahiriah yang sering dibuat-buat;bukan juga sekedar tebar pesona atau jaga citra.
Perintah Yesus amat jelas: barangsiapa meninggikan dirinya akan direndahkan, tetapi barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan. PILIHAN ADA PADA KITA! DAN PILIHAN KITA ITULAH YANG MENUNJUKKAN APAKAH KITA PENGIKUT YESUS ATAU BUKAN..Amin..

Jumat, 28 Oktober 2011

Simon dan Yudas, Siapa Mereka?

Ef 2:19-22 ; Luk 6:12-19
Pesta S.Simon dan Yudas, Rasul

Hari ini kita melihat hidup dan panggilan para rasul Yesus, teristimewa Simon dan Yudas. Mereka adalah dua bersaudara dari dua belas murid yang dipilih secara khusus menjadi rasul Yesus. Kita tentu ingin tahu apa keistimewaan mereka, sampai Yesus menjatuhkan pilihan-Nya atas mereka. Ternyata kita tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut; tambahan pula di dalam kisah Injil hari ini, bukan kriteria dan kekhususan para murid yang menjadi berita gembira bagi kita, tetapi misteri kasih Allah yang nyata di dalam diri Yesus dan tindakan-Nya memilih 12 rasul.
Injil mengisahkan apa yang dibuat Yesus sebelum menentukan pilihan-Nya kepada para murid itu. Mungkin Yesus duduk tenang lalu melihat dan menimbang-nimbang kemampuan, kapasitas, kepribadian, dan integritas beberapa orang yang akan dipilih-Nya; atau memanggil mereka satu persatu dan mulai mengadakan tes. Ternyata bukan itu yang Yesus lakukan. Yesus juga tidak pergi berkonsultasi dengan mungkin orang-orang yang mengenal para murid itu. Lalu apa yang Yesus buat?Ternyata Ia pergi berkonsultasi dan mendengarkan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa-Nya. Yesus pergi menyepi ke gunung dan berdoa semalam-malaman kepada Allah. Bua dari "konsultasi-Nya" dengan Allah Bapa itu nyata dalam cara Allah bertindak: Dia memilih orang-orang yang biasa dan apa adanya. Tidak ada kemampuan intelektual, penampilan dan kepribadian yang menonjol atau istimewa dari keduabelas rasul itu, apa lagi Simon dan Yudas ini. Mereka bukan para profesional, mereka juga bukan orang kaya dan punya kedudukan tertentu dalam masyarakat, tidak ada pendidikan khusus dan keistimewaan-keistimewaan lain dalam masyarakat.
Itulah cara Yesus, cara Allah memilih orang-orang yang diinginkan-Nya untuk mengemban tugas-tugas khusus. Allah memilih orang-orang biasa.
Setiap kita pasti juga dipanggil dan dipilih Allah untuk tugas-tugas khusus. Sikap hati yang paling tepat adalah selalu datang dan "berkonsultasi" dengan Tuhan tentang apa yang harus kita perbuat untuk memenuhi tugas dan panggilan kita. Seperti Yesus sendiri, amat penting sebelum memilih sesuatu atau membuat sebuah keputusan sekecil apapun, sebaiknya meluangkan lebih banyak waktu untuk datang dan "berkonsultasi" dengan Tuhan. Dia pasti menunjukkan apa yang terbaik untuk kita.

Kamis, 27 Oktober 2011

Yerusalem dan Kematian Para Nabi

Rm 8:31b-39 ; Luk 13:31-35

Agak aneh mendengarkan kisah Injil Lukas hari ini : Yesus sepertinya menangisi atau setidak-tidaknya mengeluh dengan penuh kesedihan bahkan penyesalan atas Yerusalem. "Yerusalem...berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau..." Mengapa Yesus mengungkapkan keluhan sedih semacam ini?
Yesus tentu saja mengharapkan Yerusalem sebagai pusat seluruh dunia Israel dari berbagai segi dan arti, juga dalam iman, seharusnya tanggap secara benar dan positif tentang nubuat-nubuat dan pewartaan keselamatan. Namun sikap Yerusalem dan orang-orangnya sepertinya cuek dan tidak jelas;bahkan sikap negatiflah yang ditunjukkan selama ini. Ternyata terlalu banyak sudah penolakan bahkan pembangkangan orang-orang Yerusalem terhadap warta gembira, nubuat-nubuat keselamatan. Mereka bahkan membinasakan orang-orang yang telah dipilih dan diutus Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada Israel. Para utusan itu adalah para nabi; dan mereka ini dibunuh di Yerusalem. Yesus menjadi sedih juga karena penolakan Yerusalem ini juga akan berpuncak pada Diri-Nya.
Namun penolakan dan pembangkangan Yerusalem tidak memadamkan kobaran api cinta kasih Allah Bapa, yang tetap ingin menyelamatkan Yerusalem.
Pesan untuk kita :
Tuhan tidak pernah mengurungkan karya cinta kasih-Nya oleh tanggapan negatif atau penolakan manusia. Allah itu kasih hakekat-Nya, maka tidak pernah terbatalkan janji kasih dan keselamatan untuk manusia. Selalu ada kesempatan dan tawaran keselamatan bagi kita. Karena itu jangan sia-siakan kesempatan berrahmat yang Tuhan tawarkan..Amin.

Rabu, 26 Oktober 2011

Untuk Masuk Surga Perlu Perjuangan

Rabu, 26 Oktober 2011
Rm 8:26-30 ; Luk 13:22-30

"Surga tidak gratis, saudara!" demikian ungkapan seorang penasihat rohani kepada seseorang yang datang kepadanya dan mengeluh bahwa gereja mengajarkan begitu banyak perintah dan aturan bagi anggota-anggotanya. Orang itu merasa keberatan karena sepertinya Tuhan menjejali hidupnya dengan beban-beban, padahal dia mau bebas. Apakah memang Tuhan dan Gereja mengadakan berbagai ajaran dan peraturan untuk membebani kita?
Yesus dalam Injil hari ini memberi nasihat: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu!" Itulah pintu yang menuju surga. Pintu itu sempit bukan karena memang sempit, tetapi karena begitu banyak orang, bahkan semua orang berlomba-lomba untuk masuk.Karena itu dengan sendirinya diperlukan perjuangan dan usaha. Artinya kerja keras harus terjadi. Dengan ini jelas bahwa memang "Surga tidak gratis"; artinya kita harus berusaha, berjuang untuk mendapatkannya dan masuk ke dalamnya. Bagi mereka yang malas-malasan, mau bebas dan santai pasti tidak mendapatkannya.
Mari kita berjuang dan berlomba mendengarkan dan menjalankan tuntunan Tuhan sehingga kita mampu melewati "pintu yang sempit" itu dan boleh menikmati sukacita di surga. Dan kalau kita berusaha Tuhan pasti mendampingi dan menolong, karena memang Dia rindu kita semua masuk ke dalam kebahagiaan-Nya. Amin..