Senin, 07 Oktober 2013

Bagaimana membuat injeksi tidak menyakitkan?


  1. Persiapan sebelum injeksi siapkan alcohol pad, setelah itu pastikan bahwa alkohol telah kering. Inilah kesalahan yang sering dilakukan dan dapat menyebabkan nyeri yang sebenarnya tidak perlu. Tunggu 5 detik terlebih dahulu dan tindakan itu dapat mengurangi nyeri akibat injeksi.
  2. Pilih tempat injeksi yang tepat. M. deltoid pada lengan atas lebih sering disukai untuk tempat injeksi IM, tetapi untuk materi yang lebih kental atau volume yang lebih besar dari 2,5 ml harus diberikan pada m. gluteus kuadran atas bagian luar dari bokong. Tempat alternatif lain untuk injeksi yang lebih besar adalah di m. vastus lateralis pada bagian luar kaki pertengahan antara pinggul dan lutut. Kedua otot itu dapat menahan volume injeksi sampai 5 ml.
  3. Pastikan jarum suntik membentuk sudut 90o terhadap permukaan kulit. Jarum suntik harus masuk ke dalam otot, dan sudut 90o dapat membuat jarum suntik masuk dengan melewati sedikit kulit. Kulit memiliki banyak persarafan dibandingkan otot sehingga dapat menyebabkan nyeri yang lebih berat. Perubahan sudut jarum suntik saat jarum masih di dalam otot akan menyebabkan nyeri yang sama.
  4. Pegang 2 sampai 3 inchi dari daerah injeksi dan cubit dengan tegas tetapi tidak menyakiti. Masukkan jarum suntik dengan cepat dan tegas ke dalam daerah injeksi. Injeksi seharusnya tidak terlalu cepat sehingga sulit untuk dikontrol. Hati-hati penggunaan jarum suntik yang sudah terlalu lama. Banyak orang tidak memperhatikan bahwa injeksi mengenai tulang sehingga menyebabkan rusaknya jarum suntik dan timbulnya rasa sakit.
  5. Lakukan injeksi secara perlahan. Injeksi dengan cepat dapat menyebabkan trauma pada jaringan. Namun lamanya jarum suntik menancap tidak mempengaruhi nyeri saat injeksi. Kecepatan injeksi biasanya sekitar 1 detik per mililiter untuk pengobatan dan vaksinasi.
  6. Lakukan pijatan pada otot setelah dilakukan injeksi. Tindakan ini biasa dilakukan jika injeksi dilakukan di bokong. Tindakan ini dapat menjadi opsional karena tidak semua orang menerimanya.


Rabu, 02 Oktober 2013

Jurnal Tentang Sarapan dan Kejadian Penyakit Jantung Koroner


Studi prospektif tentang sarapan dan insidensi Penyakit Jantung Koroner pada laki-laki di Amerika

Abstrak
Latar belakang
Pada orang dewasa, melewatkan makan dihubungkan dengan kenaikan berat badan, hipertensi, resistensi insulin dan peningkatan konsentrasi lemak puasa. Namun tidak diketahui apakah terdapat kebiasaan makan yang spesifik yang mempengaruhi resiko penyakit jantung koroner. Objektif dari penelitian ini adalah menilai kebiasaan makan dan resiko PJK secara prospektif.

Metode dan hasil
Dilakukan penilaian terhadap kebiasaan makan, seperti sarapan tahun 1992 pada 26902 laki-laki dari umur 45 tahun sampai 82 tahun yang tidak memiliki penyakit jantung dan kanker. Selama 16 tahun dilakukan follow up, insiden PJK sebanyak 1527 kasus dapat didiagnosis. Cox professional hazards models digunakan untuk memperkirakan resiko relatif dan 95 % confidence interval pada PJK, disesuaikan dengan demografik, diet, gaya hidup, dan faktor resiko PJK yang lainnya. Laki-laki yang tidak sarapan memiliki resiko 27% lebih tinggi mengalami PJK dibandingkan dengan laki-laki yang sarapan. (relative risk, 1,55; 95% CI 1.05-2.29). Hubungan ini diperantarai oleh IMT, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. Pada penelitian ini, tidak ditemukan hubungan antara jumlah frekuensi  makan (per hari) dan resiko PJK.

Kesimpulan
Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sarapan dapat menurunkan resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK).